Nama : Intan Purnama Sari
Kelas : 4EA35
NPM : 14213443
PENGERTIAN
Manajemen laba sebagai suatu proses mengambil langkah yang disengaja
dalam batas prinsip akuntansi yang berterima umum baik didalam maupun
diluar batas General Accepted Accounting Principle (GAAP). Menurut
Schipper (1989) Manajemen laba adalah campur tangan dalam proses
penyusunan pelaporan keuangan eksternal dengan tujuan untuk mendapatkan
keuntungan-keuntungan pribadi. Selain itu dikemukakan juga oleh Healy
& Wahlen (1999) bahwa Manajemen laba terjadi apabila manajer
menggunakan penilaian dalam pelaporan keuangan dan dalam struktur
transaksi untuk mengubah laporan keuangan guna menyesatkan pemegang
saham mengenai prestasi ekonomi perusahaan atau mempengaruhi
akibat-akibat perjanjian yang mempunyai kaitan dengan angka-angka yang
dilaporkan dalam laporan keuangan.
Sasaran Manajemen Laba
Menurut Ayres (1994:27-29) terdapat unsur-unsur laporan keuangan yang
dapat dijadikan sasaran untuk dilakukan manajemen laba yaitu :
- Kebijakan Akuntansi.
Keputusan manajer untuk menerapkan suatu kebijakan akuntansi yang
wajib diterapkan oleh suatu perusahaan, yaitu antara menerapkan
akuntansi lebih awal dari waktu yang ditetapkan atau menundanya sampai
saat berlakunya kebijakan tersebut.
- Pendapatan.
Dengan mempercepat atau menunda pengakuan akan pendapatan.
- Biaya.
Menganggap sebagai beban/ biaya atau menganggap sebagai suatu
tambahan investasi atas suatu biaya (amortize or capitalize of
investment).
Alasan Dilakukan Manajemen Laba
Alasan dilakukan manajemen laba karena:
- Manajemen laba dapat meningkatkan kepercayaan pemegang saham
terhadap manajer. Manajemen laba berhubungan erat dengan tingkat
perolehan laba atau prestasi usaha suatu organisasi, hal ini karena
tingkat keuntungan atau laba dikaitkan dengan prestasi manajemen dan
juga besar kecilnya bonus yang akan diterima oleh manajer.
- Manajemen laba dapat memperbaiki hubungan dengan pihak kreditor.
Perusahaan yang terancam default yaitu tidak dapat memenuhi kewajiban
pembayaran utang pada waktunya, perusahaan berusaha menghindarinyadengan
membuat kebijakan yang dapat meningkatkan pendapatan maupun laba.
Dengan demikian akan memberi posisi bargaining yang relatif baik dalam
negoisasi atau penjadwalan ulang utang antara pihak kreditor dengan
perusahaan.
- Manajemen laba dapat menarik investor untuk menanamkan modalnya.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Manajemen Laba
Berdasarkan yang dilakukan olehWatts dan Zimmerman (1986) secara
empiris membuktikan bahwa hubungan principal dan agent sering ditentukan
oleh angka akuntansi. Hal ini memacu agent untuk memikirkan bagaimana
angka akuntansi tersebut dapat digunakan sebagai sarana untuk
memaksimalkan kepentingannya. Salah satu bentuk tindakan agent tersebut
adalah manajemen laba. Faktor-faktor yang diajukan oleh Watt dan
Zimmerman adalah:
- Hipotesis Bonus Plan.
Perusahaan dengan bonus plan cenderung untuk menggunakan metode akuntansi yang akan meningkatkan income saat ini.
- Debt To Equity Hypothesis.
Bahwa pada perusahaan yang mempunyai rasio debt to equity besar maka
manajer perusahaan tersebut cenderung menggunakan metode akuntansi yang
akan meningkatakan pendapatan atau laba.
- Political Cost Hypothesis
Bahwa pada perusahaan yang besar, yang kegiatan operasinya menyentuh
sebagian besar masyarakat akan cenderung untuk mengurangi laba yang
dilaporkan.
Terjadinya Manajemen Laba
Menurut Ayres (1994:27-29) manajemen laba dapat dilakukan oleh manajer dengan cara-cara sebagai berikut:
- Manajer dapat menentukan kapan waktu akan melakukan manajemen laba
melalui kebijakannya. Hal ini biasanya dikaitkan dengan segala
aktivitas yang dapat mempengaruhi aliran kas dan juga keuntungan yang
secara pribadi merupakan wewenang dari para manajer.
- Keputusan manajer untuk menerapkan suatu kebijakan akuntansi yang
wajib diterapkan oleh suatu perusahaan. Yaitu antara menerapkan lebih
awal atau menunda sampai saat berlakunya kebijakan tersebut.
- Upaya manajer untuk mengganti atau merubah suatu metode akuntansi
tertentu dari sekian banyak metode yang dapat dipilih yang tersedia dan
diakui oleh badan akuntansi yang ada (GAAP).
Motivasi Manajemen Laba
Beberapa motivasi terjadinya manajemen laba yaitu:
- Motivasi Program Bonus (Bonus Plan Motivations).
Manajer yang memiliki informasi atas laba bersih perusahaan akan bertindak secara
opportunistic untuk melakukan manajemen laba dengan memaksimalkan laba saat ini.
- Motivasi politik (Political Motivations)
Manajemen laba digunakan untuk mengurangi laba yang dilaporkan pada
perusahaan publik. Perusahaan cenderung mengurangi laba yang dilaporkan
karena adanya tekanan publik yang mengakibatkan pemerintah menetapkan
yang lebih ketat.
- Motivasi Perpajakan (Taxation Motivations)
Motivasi penghematan pajak menjadi motivasi manajemen laba yang
paling nyata. Berbagai metode akuntansi digunakan dengan tujuan
penghematan pajak pendapatan.
- Motivasi perubahan CEO (Changes of CEO Motivations)
CEO (
Chief Executive Officer) yang mendekati masa pensiun akan
cenderung menaikkan pendapatan untuk menaikkan bonus mereka, dan jika
kinerja perusahaan buruk, mereka akan memaksimalkan pendapatan agar
tidak diberhentikan.
5.
Initial Public Offering (IPO)
Perusahaan yang akan go public belum memiliki nilai pasar, dan menyebabkan manajer perusahaan yang akan
go public melakukan manajemen laba dalam prospektus mereka dengan harapan dapat menaikkan harga saham perusahaan.
6.Motivasi perjanjian utang (
Debt Covenants Motivations)
Perjanjian utang timbul karena adanya kontrak jangka panjang yang
dilakukan oleh manajemen laba. pelanggaran terhadap hal tersebut akan
mengakibatkan biaya yang tinggi terhadap perusahaan, oleh karena itu
manajer berusaha untuk menghindari terjadinya pelanggaran terhadap
covenant.
Teknik Manajemen Laba
Ada tiga cara yang dapat digunakan untuk melakukan manajemen laba pada laporan keuangan yaitu:
- Memanfaatkan peluang untuk membuat estimasi akuntansi
Cara ini merupakan cara manajer untuk mempengaruhi laba
melalui judgement terhadap estimasi akuntansi antara lain: estimasi
tingkat piutang tak tertagih, estimasi kurun waktu depresiasi aktiva
tetap atau amortisasi aktiva tak berwujud, estimasi biaya garansi, dan
lain-lain.
- Mengubah metode akuntansi
Perubahan metoda akuntansi yang digunakan untuk mencatat
suatu transaksi, contoh: mengubah metoda depresiasi aktiva tetap, dari
metoda depresiasi angka tahun ke metoda depresiasi garis lurus.
- Menggeser perioda biaya atau pendapatan
Beberapa orang menyebutkan rekayasa jenis ini sebagai
manipulasi keputusan operasional. Contoh: rekayasa perioda biaya atau
pendapatan antara lain: mempercepat atau menundapengeluaran untuk
penelitian sampai perioda akuntansi berikutnya, mempercepat atau menunda
pengeluaran promosi sampai perioda akuntansi berikutnya, mengatur saat
penjualan aktiva tetap yang sudah tidak dipakai, dan lain-lain.
Model-model Manajemen Laba
Ada beberapa bentuk manajemen laba yaitu:
- Taking a bath
Dalam bentuk jika manajemen harus melaporkan kerugian,
maka manajemen akan melaporkan dalam jumlah besar. Dengan tindakan ini
manajemen berharap dapat meningkatkan laba yang akan datang dan
kesalahan kerugian piutang perusahaan dapat dilimpahkan ke manajemen
lama, jika terjadi pergantian manajer.
- Income Minimization (menurunkan laba)
Dalam bentuk ini manajer akan menurunkan laba untuk
tujuan tertentu, misalnya: untuk tujuan penghematan kewajiban pajak yang
harus dibayar perusahaan kepada pemerintah. Karena semakin rendah laba
yang dilaporkan perusahaan semakin rendah pula pajak yang harus
dibayarkan.
- Income Maximization (meningkatkan laba)
Dalam bentuk ini manajer akan berusaha menaikkan laba
untuk tujuan tertentu, misalnya: menjelang IPO manajer akan meningkatkan
laba dengan harapan mendapatkan reaksi yang positif dari pasar.
- Income Smoothing (perataan laba)
Income smoothing dilakukan dengan meratakan laba yang
dilaporkan, dengan tujuan pelaporan eksternal, terutama bagi investor,
karena umumnya investor menyukai laba yang relatif stabil.
Manajemen laba mempunyai dampak pada kebermanfaatan informasi laba
dalam pengambilan keputusan. Perusahaan yang menggunakan kebijakan
akuntansi agresif (positive discretionary accruals) mempunyai biaya
modal lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang menerapkan
kebijakan akuntansi konservatif (negative discretionary accruals).
Manajemen laba dapat sinkron dengan kebermanfaatan informasi laba
dalam pengambilan keputusan tetapi dapat juga tidak. Oleh sebab itu,
diperlukan berbagai alternatif solusi atas masalah yang timbul akibat
manajemen laba yang dapat tidak sesuai dengan kebermanfaatan laba dalam
pengambilan keputusan, dan solusi tersebut tidak menimbulkan masalah
baru.
Salah satu alternatif adalah pemberlakuan standar akuntansi yang
lebih ketat tetapi masih memberi peluang bagi manajemen dalam melakukan
pemilihan kebijakan akuntansi dalam batas wajar untuk mencapai
tujuan-tujuan tertentu, misalnya untuk mengkomunikasikan informasi
privat yang dapat meningkatkan keinformasian laba, atau untuk tujuan
efficient contracting berbasis laba. Standar akuntansi yang lebih ketat
dapat meningkatkan kualitas laba, tetapi perlu diperhatikan bahwa
standar akuntansi yang lebih atau terlalu ketat dapat meningkatkan
manajemen laba total (manajemen laba akuntansi dan manajemen laba real)
serta meningkatkan biaya manajemen laba.