NAMA
: Intan Purnama Sari
KELAS
: 3EA35
NPM
: 14213443
A.
DEFINISI PENALARAN
Menurut Minto Rahayu, (2007 : 35), “Penalaran adalah proses berpikir yang sistematis untuk memperoleh kesimpulan atau pengetahuan yang bersifat ilmiah dan tidak ilmiah. Bernalar akan membantu manusia berpikir lurus, efisien, tepat, dan teratur untuk mendapatkan kebenaran dan menghindari kekeliruan. Dalam segala aktifitas berpikir dan bertindak, manusia mendasarkan diri atas prinsip penalaran. Bernalar mengarah pada berpikir benar, lepas dari berbagai prasangka emosi dan keyakinan seseorang, karena penalaran mendidik manusi bersikap objektif, tegas, dan berani, suatu sikap yang dibutuhkan dalam segala kondisi”.
Dalam sumber yang sama, Minto Rahayu, (2007 : 35), “Penalaran adalah proses berpikir yang logis dengan berusaha menhubung-hubungkan fakta untuk memperoleh suatu kesimpulan. Suatu karangan sesederhana apapun akan mencerminkan kualitas penalaran seseorang. Penalaran akan terlihat dalam pola pikir penyusun karangan itu sendiri. Fakta adalah kenyataan yang dapat diukur dan dikenali. Untuk dapat bernalar, kita harus mengenali fakta dengan baik dan benar. Fakta dapat dikenali melalui pengamatan, yaitu kegiatan yang menggunakan panca indera, melihat, mendengar, membaui, meraba, dan merasa. Dengan mengamati fakta, kita dapat menghitung, mengukur, menaksir, memberikan ciri-ciri, mengklasifikasikan, dan menghubung-hubungkan. Jadi, dasar berpikir adalah klasifikasi”.
B. MENULIS SEBAGAI PROSES PENALARAN
Menulis merupakan proses bernalar. Untuk menulis suatu topik kita harus berfikir, menghubung-hubungkan berbagai fakta, membandingkan dan sebagainya.
C. JENIS PENALARAN
Minto Rahayu, (2007 : 41), penalaran dapat dibedakan dengan cara berfikir dan bernalar, induktif serta deduktif. Berikut ini adalah penjelasannya:
1. Berfikir dan Bernalar
Selama kita sadar maka kita selalu berfikir. Pada waktu kita berfikir, dalam benak kita timbul serangkaian gambar tentang sesuatu yang tidak hadir secara nyata. Kegiatan ini dapat tidak terkendali, terjadi dengan sendirinya, tanpa kesadaran penuh, misalnya saat kita melamun.
Kegiatan berfikir yang lebih tinggi dilakukan secara sadar, tersusun dalam urutan yang saling berhubungan dan bertujuan untuk sampai kepada kesimpulan atau disebut dengan bernalar.
Proses penalaran/bernalar merupakan proses berfikir yang sistematis untuk memperoleh kesimpulan berupa pengetahuan. Penalaran merupakan suatu corak atau cara seseorang mengunakan nalarnya dalam menarik kesimpulan sebelum akhirnya orang tersebut berpendapat dan mengemukakannya kepada orang lain. Kegiatan penalaran dapat bersifat ilmiah dan non ilmiah. Dari prosesnya, penalaran dapat dibedakan sebagai penalaran induktif dan deduktif, berikut penjelasannya:
1.1. Penalaran Induktif
Penalaran induktif adalah proses penalaran untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku umum berdasarkan atas fakta-fakta yang bersifat khusus. Proses induksi dapat dibedakan menjadi:
a. Generalisasi ialah proses berpikir berdasarkan pengamatan atas sejumlah gejala dengan sifat-sifat tertentu untuk menarik kesimpulan umum mengenai semua atau sebagian dari gejala serupa.
b. Analogi ialah suatu proses berpikir untuk menarik kesimpulan atau inferensi tentang kebenaran suatu gejala khusus berdasarkan beberapa gejala khusus lain yang memiliki sifat-sifat atau ciri-ciri esensial penting yang bersamaan.
c. Sebab akibat, prinsip umum hubungan sebab akibat menyatakan bahwa semua peristiwa harus ada penyebabnya.
1.2. Penalaran Deduktif
Penalaran deduktif adalah proses penalaran untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku khusus berdasarkan atas fakta-fakta yang bersifat umum. Penalaran dalam karangan. Dalam praktiknya proses induktif dan deduktif ini diwujudkan dalam satuan-satuan tulisan yang merupakan paragraf. Pada paragraf deduktif kalimat utamanya terdapat pada awal kalimat, sedangkan pargraf induktif pada akhir kalimat.
Proses induktif dan deduktif juga diterapkan dalam mengembangkan seluruh karangan. Karya ilmiah merupakan sintesis antara proses induktif dan deduktif. Yang diuraikan diatas adalah arah atau alur penalaran dan bagaimana perwujudannya di dalam tulisan atau karangan.
2. Isi Karangan
Isi karangan menyajikan fakta yang berupa benda, kejadian, gejala, sifat ramalan, dan sebagiannya. Karya ilmiah membahas fakta meskipun untuk pembahasan ini diperlukan teori atau pendapat. Dalam bagian ini akan dibahas hal-hal yang berhubungan dengan fakta, yaitu generalisasi dan spesifikasi, klasifikasi, perbandingan dan pertentangan, hubungan sebab akibat, analogi, dan ramalan.
2.1 Generalisasi dan
Spesifikasi
Generalisasi adalah pernyataan yang
berlaku umum untuk semua atau sebagian besar gejala yang diamati Dalam
pengembangan karangan, generalisasi perlu ditunjang atau dibuktikan dengan
fakta-fakta, contoh- contoh, data statistik dan sebagainya.
Contoh Paragraf
Generalisasi :
Untuk menjadi karyawan PT Digital
Modern, syarat utamanya adalah sarjana. Akan tetapi, tidak cukup sarjana saja.
Calon karyawan harus memiliki Indeks Prestasi bagus di Perguruan Tingginya,
minimal 2,75. Calon karyawan juga harus menguasai salah satu bahasa asing,
Inggris atau Mandarin. Jika semua persyaratan administratif sudah terpenuhi,
mereka harus lulus serangkaian tes yang diselenggarakan oleh PT Digital
Modern. Jadi, memang tidak mudah untuk dapat diterima menjadi karyawan PT
Digital Modern
3.2 Analogi
Penalaran analogi dilakukan dengan
cara membandingkan dua hal yang berbeda, tetapi keduanya memiliki beberapa sisi
persamaan Penalaran kausalitas menunjukkan hubungan :
Sebab - akibat atau akibat - sebab.
Contoh paragraf analogi :
Orang yang memiliki ilmu pengetahuan
luas dan berpendidikan tinggi seharusnya bersifat seperti padi. Setangkai padi
yang mulai berisi akan merunduk. Makin bernas bulir padi itu, makin merunduk
tangkainya. Begitu pula manusia yang berilmu dan berpendidikan tinggi. Semakin
ia berwawasan, semakin ia merendahkan hatinya seperti merunduknya
setangkai padi yang berbulir bernas.
3.3
Penalaran kausalitas menunjukkan hubungan sebab- akibat atau akibat-sebab
Contoh
paragraf kausalitas (sebab-akibat)
Penduduk dari daerah banyak
yang hijrah ke Jakarta. Mereka terimingi-imingi oleh gambaran
kehidupan mewah di Jakarta dan kemudahan mencari kerja.
Akibatnya, Jakarta semakin
penuh oleh pendatang Lalu lintas Jakarta makin lama makin padat.
Kebijakan pemerintah tentang MRT belum bisa
terlaksana, sedangkan pertumbuhan mobil semakin tidak terkendali.
D. FAKTA SEBAGAI UNSUR DASAR PENALARAN KARANGAN
Agar dapat menalar dengan tepat, perlu kita memiliki pengetahuan
tentang fakta yang berhubungan. Jumlah fakta tak terbatas, sifatnya pun
beraneka ragam. Oleh sebab itu, sebagai unsur dasar dalam penalaran ilmiah,
kita harus mengetahui apa pengertian dari fakta.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), fakta memiliki
definisi sebagai hal (keadaan atau peristiwa) yang merupakan kenyataan; sesuatu
yang benar-benar ada atau terjadi. Selain itu, fakta juga merupakan pengamatan
yang telah diverifikasi secara empiris (sesuai dengan bukti atau konsekuensi
yang teramati oleh indera). Fakta bila dikumpulkan secara sistematis dengan
beberapa sistem serta dilakukan secara sekuensial maka fakta tersebut mampu
melahirkan sebuah ilmu. Sebagai kunci bahwa fakta tidak akan memiliki arti
apa-apa tanpa sebuah teori dan fakta secara empiris dapat melahirkan sebuah
teori baru.
Untuk memahami hubungan antara fakta-fakta yang sangat banyak
itu, kita perlu mengenali fakta-fakta itu secara sendiri-sendiri. Ini berarti
bahwa kita harus mengetahui ciri-cirinya dengan baik. Dengan begitu, kita dapat
mengenali hubungan di antara fakta-fakta tersebut dengan melakukan penelitian.
Selain itu, kita dapat menggolong-golongkan sejumlah fakta ke
dalam bagian-bagian dengan jumlah anggota yang sama banyaknya. Proses seperti
itu disebut pembagian, namun pembagian di sini memiliki taraf yang lebih tinggi
dan disebut klasifikasi.
1). Klasifikasi
Membuat klasifikasi mengenai sejumlah fakta, berarti memasukkan
atau menempatkan fakta-fakta ke dalam suatu hubungan logis berdasarkan suatu
sistem. Suatu klasifikasi akan berhenti, tidak dapat diteruskan lagi jika sudah
sampai kepada individu yang tidak dapat merupakan spesies atau dengan kata lain
jenis individu tidak dapat diklasifikasikan lebih lanjut meskipun dapat
dimasukkan ke dalam suatu spesies. Contohnya, "Dani adalah manusia",
tetapi tidak "Manusia adalah Dani" karena Dani adalah individu dan
bersifat unik.
Perlu diingat bahwa klasifikasi atau penggolongan (pengelompokkan)
berbeda dengan pembagian. Pembagian lebih bersifat kuantitatif, tanpa suatu
kriteria atau ciri penentu. Tetapi klasifikasi didasarkan terhadap ciri-ciri
atau kriteria yang ada dari fakta-fakta yang diteliti.
2). Jenis Klasifikasi
Klasifikasi dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
·
Klasifikasi sederhana,
suatu kelas hanya mempunyai dua kelas bawahan yang berciri positif dan negatif.
Klasifikasi seperti itu disebut juga klasifikasi dikotomis (dichotomous
classification dichotomy).
·
Klasifikasi kompleks,
suatu kelas mencakup lebih dari dua kelas bawahan. Dalam klasifikasi ini tidak
boleh ada ciri negatif; artinya, suatu kelas tidak dikelompokkan berdasarkan
ada tidaknya suatu ciri.
3). Persyaratan Klasifikasi
Klasifikasi harus dilakukan dengan memperhatikan beberapa
persyaratan:
·
Prinsipnya harus
jelas. Prinsip ini merupakan dasar atau patokan untuk membuat klasifikasi,
berupa ciri yang menonjol yang dapat mencakup semua fakta atau benda (gejala)
yang diklasifikasikan.
·
Klasifikasi harus
logic dan ajek (konsisten). Artinya, prinsip-prinsip itu harus diterapkan
secara menyeluruh kepada kelas bawahannya.
·
Klasifikasi harus bersikap
lengkap, menyeluruh. Artinya, dasar pengelompokkan yang dipergunakan harus
dikenakan kepada semua anggota kelompok tanpa kecuali.
Referensi: