Selasa, 26 April 2016

Aspek Penalaran Dalam Karangan Ilmiah




NAMA            : Intan Purnama Sari
KELAS           : 3EA35
NPM               : 14213443


A.                DEFINISI PENALARAN

Menurut Minto Rahayu, (2007 : 35), “Penalaran adalah proses berpikir yang sistematis untuk memperoleh kesimpulan atau pengetahuan yang bersifat ilmiah dan tidak ilmiah. Bernalar akan membantu manusia berpikir lurus, efisien, tepat, dan teratur untuk mendapatkan kebenaran dan menghindari kekeliruan. Dalam segala aktifitas berpikir dan bertindak, manusia mendasarkan diri atas prinsip penalaran. Bernalar mengarah pada berpikir benar, lepas dari berbagai prasangka emosi dan keyakinan seseorang, karena penalaran mendidik manusi bersikap objektif, tegas, dan berani, suatu sikap yang dibutuhkan dalam segala kondisi”.
Dalam sumber yang sama, Minto Rahayu, (2007 : 35), “Penalaran adalah proses berpikir yang logis dengan berusaha menhubung-hubungkan fakta untuk memperoleh suatu kesimpulan. Suatu karangan sesederhana apapun akan mencerminkan kualitas penalaran seseorang. Penalaran akan terlihat dalam pola pikir penyusun karangan itu sendiri. Fakta adalah kenyataan yang dapat diukur dan dikenali. Untuk dapat bernalar, kita harus mengenali fakta dengan baik dan benar. Fakta dapat dikenali melalui pengamatan, yaitu kegiatan yang menggunakan panca indera, melihat, mendengar, membaui, meraba, dan merasa. Dengan mengamati fakta, kita dapat menghitung, mengukur, menaksir, memberikan ciri-ciri, mengklasifikasikan, dan menghubung-hubungkan. Jadi, dasar berpikir adalah klasifikasi”.

B. MENULIS SEBAGAI PROSES PENALARAN

Menulis merupakan proses bernalar. Untuk menulis suatu topik kita harus berfikir, menghubung-hubungkan berbagai fakta, membandingkan dan sebagainya.

C. JENIS PENALARAN
Minto Rahayu, (2007 : 41), penalaran dapat dibedakan dengan cara berfikir dan bernalar, induktif serta deduktif. Berikut ini adalah penjelasannya:

1. Berfikir dan Bernalar 

Selama kita sadar maka kita selalu berfikir. Pada waktu kita berfikir, dalam benak kita timbul serangkaian gambar tentang sesuatu yang tidak hadir secara nyata. Kegiatan ini dapat tidak terkendali, terjadi dengan sendirinya, tanpa kesadaran penuh, misalnya saat kita melamun.
Kegiatan berfikir yang lebih tinggi dilakukan secara sadar, tersusun dalam urutan yang saling berhubungan dan bertujuan untuk sampai kepada kesimpulan atau disebut dengan bernalar.
Proses penalaran/bernalar merupakan proses berfikir yang sistematis untuk memperoleh kesimpulan berupa pengetahuan. Penalaran merupakan suatu corak atau cara seseorang mengunakan nalarnya dalam menarik kesimpulan sebelum akhirnya orang tersebut berpendapat dan mengemukakannya kepada orang lain. Kegiatan penalaran dapat bersifat ilmiah dan non ilmiah. Dari prosesnya, penalaran dapat dibedakan sebagai penalaran induktif dan deduktif, berikut penjelasannya:




1.1. Penalaran Induktif
Penalaran induktif adalah proses penalaran untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku umum berdasarkan atas fakta-fakta yang bersifat khusus. Proses induksi dapat dibedakan menjadi:

a. Generalisasi ialah proses berpikir berdasarkan pengamatan atas sejumlah gejala dengan   sifat-sifat tertentu untuk menarik kesimpulan umum mengenai semua atau sebagian dari gejala serupa.

b. Analogi ialah suatu proses berpikir untuk menarik kesimpulan atau inferensi tentang kebenaran suatu gejala khusus berdasarkan beberapa gejala khusus lain yang memiliki sifat-sifat atau ciri-ciri esensial penting yang bersamaan.

c. Sebab akibat, prinsip umum hubungan sebab akibat menyatakan bahwa semua peristiwa harus ada penyebabnya.

1.2. Penalaran Deduktif
Penalaran deduktif adalah proses penalaran untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku khusus berdasarkan atas fakta-fakta yang bersifat umum. Penalaran dalam karangan. Dalam praktiknya proses induktif dan deduktif ini diwujudkan dalam satuan-satuan tulisan yang merupakan paragraf. Pada paragraf deduktif kalimat utamanya terdapat pada awal kalimat, sedangkan pargraf induktif pada akhir kalimat.

Proses induktif dan deduktif juga diterapkan dalam mengembangkan seluruh karangan. Karya ilmiah merupakan sintesis antara proses induktif dan deduktif. Yang diuraikan diatas adalah arah atau alur penalaran dan bagaimana perwujudannya di dalam tulisan atau karangan.

2. Isi Karangan

Isi karangan menyajikan fakta yang berupa benda, kejadian, gejala, sifat ramalan, dan sebagiannya. Karya ilmiah membahas fakta meskipun untuk pembahasan ini diperlukan teori atau pendapat. Dalam bagian ini akan dibahas hal-hal yang berhubungan dengan fakta, yaitu generalisasi dan spesifikasi, klasifikasi, perbandingan dan pertentangan, hubungan sebab akibat, analogi, dan ramalan.

2.1 Generalisasi dan Spesifikasi
Generalisasi adalah pernyataan yang berlaku umum untuk semua atau sebagian besar gejala yang diamati Dalam pengembangan karangan, generalisasi perlu ditunjang atau dibuktikan dengan fakta-fakta, contoh- contoh, data statistik dan sebagainya.


Contoh Paragraf Generalisasi  :
Untuk menjadi karyawan PT Digital Modern, syarat utamanya adalah sarjana. Akan tetapi, tidak cukup sarjana saja. Calon karyawan harus memiliki Indeks Prestasi bagus di Perguruan Tingginya, minimal 2,75. Calon karyawan juga harus menguasai salah satu bahasa asing, Inggris atau Mandarin. Jika semua persyaratan administratif sudah terpenuhi, mereka harus lulus serangkaian tes yang diselenggarakan oleh PT Digital Modern. Jadi, memang tidak mudah untuk dapat diterima menjadi karyawan PT Digital Modern

3.2  Analogi
Penalaran analogi dilakukan dengan cara membandingkan dua hal yang berbeda, tetapi keduanya memiliki beberapa sisi persamaan Penalaran kausalitas menunjukkan hubungan :
            Sebab - akibat atau akibat - sebab.
Contoh paragraf analogi :
Orang yang memiliki ilmu pengetahuan luas dan berpendidikan tinggi seharusnya bersifat seperti padi. Setangkai padi yang mulai berisi akan merunduk. Makin bernas bulir padi itu, makin merunduk tangkainya. Begitu pula manusia yang berilmu dan berpendidikan tinggi. Semakin ia berwawasan, semakin ia merendahkan  hatinya seperti merunduknya setangkai padi yang berbulir bernas.
  
3.3 Penalaran kausalitas menunjukkan hubungan sebab- akibat atau akibat-sebab
Contoh paragraf kausalitas (sebab-akibat) 
Penduduk dari daerah banyak yang hijrah ke Jakarta.  Mereka terimingi-imingi oleh gambaran kehidupan mewah di Jakarta dan kemudahan mencari kerja.
Akibatnya, Jakarta semakin penuh oleh pendatang Lalu lintas Jakarta makin lama makin padat. Kebijakan  pemerintah tentang MRT belum bisa terlaksana,  sedangkan pertumbuhan mobil semakin tidak terkendali.


D. FAKTA SEBAGAI UNSUR DASAR PENALARAN KARANGAN
Agar dapat menalar dengan tepat, perlu kita memiliki pengetahuan tentang fakta yang berhubungan. Jumlah fakta tak terbatas, sifatnya pun beraneka ragam. Oleh sebab itu, sebagai unsur dasar dalam penalaran ilmiah, kita harus mengetahui apa pengertian dari fakta.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), fakta memiliki definisi sebagai hal (keadaan atau peristiwa) yang merupakan kenyataan; sesuatu yang benar-benar ada atau terjadi. Selain itu, fakta juga merupakan pengamatan yang telah diverifikasi secara empiris (sesuai dengan bukti atau konsekuensi yang teramati oleh indera). Fakta bila dikumpulkan secara sistematis dengan beberapa sistem serta dilakukan secara sekuensial maka fakta tersebut mampu melahirkan sebuah ilmu. Sebagai kunci bahwa fakta tidak akan memiliki arti apa-apa tanpa sebuah teori dan fakta secara empiris dapat melahirkan sebuah teori baru.

Untuk memahami hubungan antara fakta-fakta yang sangat banyak itu, kita perlu mengenali fakta-fakta itu secara sendiri-sendiri. Ini berarti bahwa kita harus mengetahui ciri-cirinya dengan baik. Dengan begitu, kita dapat mengenali hubungan di antara fakta-fakta tersebut dengan melakukan penelitian.

Selain itu, kita dapat menggolong-golongkan sejumlah fakta ke dalam bagian-bagian dengan jumlah anggota yang sama banyaknya. Proses seperti itu disebut pembagian, namun pembagian di sini memiliki taraf yang lebih tinggi dan disebut klasifikasi.

1). Klasifikasi
Membuat klasifikasi mengenai sejumlah fakta, berarti memasukkan atau menempatkan fakta-fakta ke dalam suatu hubungan logis berdasarkan suatu sistem. Suatu klasifikasi akan berhenti, tidak dapat diteruskan lagi jika sudah sampai kepada individu yang tidak dapat merupakan spesies atau dengan kata lain jenis individu tidak dapat diklasifikasikan lebih lanjut meskipun dapat dimasukkan ke dalam suatu spesies. Contohnya, "Dani adalah manusia", tetapi tidak "Manusia adalah Dani" karena Dani adalah individu dan bersifat unik.

Perlu diingat bahwa klasifikasi atau penggolongan (pengelompokkan) berbeda dengan pembagian. Pembagian lebih bersifat kuantitatif, tanpa suatu kriteria atau ciri penentu. Tetapi klasifikasi didasarkan terhadap ciri-ciri atau kriteria yang ada dari fakta-fakta yang diteliti.

2). Jenis Klasifikasi
Klasifikasi dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
·                     Klasifikasi sederhana, suatu kelas hanya mempunyai dua kelas bawahan yang berciri positif dan negatif. Klasifikasi seperti itu disebut juga klasifikasi dikotomis (dichotomous classification dichotomy).
·                     Klasifikasi kompleks, suatu kelas mencakup lebih dari dua kelas bawahan. Dalam klasifikasi ini tidak boleh ada ciri negatif; artinya, suatu kelas tidak dikelompokkan berdasarkan ada tidaknya suatu ciri.

3). Persyaratan Klasifikasi
Klasifikasi harus dilakukan dengan memperhatikan beberapa persyaratan:
·                     Prinsipnya harus jelas. Prinsip ini merupakan dasar atau patokan untuk membuat klasifikasi, berupa ciri yang menonjol yang dapat mencakup semua fakta atau benda (gejala) yang diklasifikasikan.
·                     Klasifikasi harus logic dan ajek (konsisten). Artinya, prinsip-prinsip itu harus diterapkan secara menyeluruh kepada kelas bawahannya.
·                     Klasifikasi harus bersikap lengkap, menyeluruh. Artinya, dasar pengelompokkan yang dipergunakan harus dikenakan kepada semua anggota kelompok tanpa kecuali.

Referensi:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar